Senin, 09 Juli 2018

Kodrat part 1

Kehamilan adalah kodrat perempuan yang tak bisa digantikan oleh siapapun.
Masing-masing perempuan memiliki kisah perjuangan tersendiri tentang kehamilannya. Bukan bermaksud lebay namun kehamilan hingga proses melahirkan adalah pertaruhan nyawa ibu dan bayi, itu sebuah kenyataan. Jadi bagi laki-laki atau siapapun hendaknya bisa menghargai setiap proses kehamilan dan melahirkan yang dijalani perempuan serta jangan nyinyir ya karena bagaimanapun kalian semua lahir dari rahim perempuan.
Beberapa kejadian selama proses kehamilan baik diawal, tengah, akhir atau keseluruhannya menjadi ujian tersendiri bagi perempuan.
Diawal kehamilan biasanya perempuan mengalami hal-hal seperti mual dan muntah (morning sickness) dan bisa berpengaruh pada nafsu makan ibu hamil.
Di tengah masa kehamilan hal yang biasanya dirasakan oleh beberapa ibu hamil berbeda lagi seperti ngidam dan bermasalah pada hilangnya nafsu makan hingga berpengaruh pada berat badan ibu dan bayi.
Dan hal yang biasa menghantui saya selalu ada di akhir masa kehamilan alias detik-detik menjelang persalinan (melahirkan). Tiga anak dan semua proses melahirkannya diwarnai dengan kisah heroik.
Anak pertama dimulai dengan keluarnya flek di usia kehamilan 9 bulan lebih (melewati HPL) akhirnya dibawa ke rumah sakit. Karena belum ada bukaan maka diinduksi (dipaksa dengan bantuan obat) agar terjadi kontraksi dan harapannya bukaan pun terjadi. Empat kali saya diberi obat dengan jeda waktu masing-masing 6 jam. Dan setelah obat itu diberikan rasa sakit mulai menjalar, rasa sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata (saking sakitnya) tapi hanya bisa dirasakan. Bukaan pun terjadi tapi berjalan begitu lambat, dan semakin lama rasa sakit itu bukan semakin mereda namun semakin sakit terasa. Karena anak pertama jadi biasanya bukaannya agak lama, begitu paramedis memberi keterangan. Darah sudah mulai keluar namun karena bukaan belum lengkap maka belum bisa dilakukan persalinan. Saya pun menangis, suami terus menguatkan. "Ini adalah ujian akidah bagi ummi" begitu katanya. Dan memang disitu yang bisa saya harapkan hanyalah pertolonganNya. Saya terus sebut Ia, berharap keajaiban terjadi dan persalinan bisa segera dilakukan. Karena rasa sakitnya hanya bisa hilang setelah proses melahirkan selesai. Alhamdulillah tengah malam bayi itu lahir setelah ibunya menahan rasa sakit akibat kontraksi paksaan selama 23 jam. Allahu akbar.
Anak kedua memiliki kisah yang berbeda. Cerita lengkapnya di tulisan selanjutnya ya.

Rabu, 04 Juli 2018

Cantik...


Cantik itu relatif

Kenapa relatif? Karena masing-masing orang punya gambaran berbeda tentang arti cantik, sebagian besar mengartikan cantik dilihat secara fisik. Dan hanya perempuan yang mendapat gelar cantik. Betul kan. Hehehe

Mendapatkan penilaian cantik itu tak semudah mempertahankannya. Kenapa? karena mempertahankan itu butuh usaha penjagaan seumur hidup. Bagi kebanyakan orang, cantik itu salah satunya berkaitan dengan wajah, untuk mempertahankannya maka perempuan butuh usaha untuk menjaga agar wajah tetap cantik. Mulai dari membersihkan, menjaga kandungan nutrisi hingga melindungi dari hal-hal yang membuatnya tak cantik. Dan hanya satu yang membuat usaha itu tetap berjalan yaitu telaten.


Telaten itu artinya sabar dan teliti bahkan butuh kecermatan juga. Tapi apa lantas yang tak telaten itu kemudian tak cantik? Jawabannya semua dikembalikan kepada orang yang menilai apa itu cantik. Meski sebagian besar orang menilai cantik dilihat secara fisik namun ada juga beberapa yang menilai perempuan cantik itu dilihat dari otaknya (kecerdasannya), perilakunya, kenyamanan bahkan menarik atau tidaknya. Tapi yang pasti perempuan itu cantik karena tidak mungkin perempuan itu tampan apalagi ganteng. Hehehe

Ada yang lebih penting dari sekedar cantik yaitu percaya diri. Siapapun ia tak ada alasan untuk tak percaya diri karena semua perempuan diberi kekurangan dan kesempatan untuk selalu menambah nilai lebih pada diri.



Menggenggam Cinta...



Penggunaan kata ‘menggenggam’ menggambarkan bahwa diri lah yang membutuhkan dan bahkan ketergantungan. Cinta Nya yang selama ini mengatur kehidupan, menentukan setiap hal yang terbaik serta selalu menjaga. Semua itu begitu terasa setiap hari, jam, menit bahkan detik.
Ia yang paling paham luar dan terdalam melebihi keluarga sendiri. Apa yang dirasakan dan diinginkan Ia selalu tahu namun Ia tak membuat manja. CaraNya selalu membuat semakin cinta bahkan sangat bergantung padaNya tapi menggenggam cintaNya selalu ada ujian. Ujian itu ada saat rasa suka bahkan cinta dan sayang itu tertuju selain padaNya, Ia biarkan rasa cinta dan sayang itu namun dengan caraNya tetap membuat diri selalu mengingatNya. Dengan caraNya tetap menjaga bahkan melindungi.
Ia maafkan untuk setiap salah dan khilaf. Ia beri kesempatan untuk memperbaiki bahkan menukarnya dengan sesuatu yang lebih baik meski Ia tahu apa yang tersembunyi.
Hanya permohonan maaf dan rasa terima kasih, semoga kelak diri mampu menjadi lebih baik hingga Kau berkenan memberi rahmat bagi diri.



Selasa, 03 Juli 2018

Cita-cita

Saat kecil pasti sering banget orang bertanya "apa cita-citamu?"
Sama halnya dengan anak kecil lain, saya pun pernah ditanya seperti itu. Saat itu dengan mantap dan dari hati terdalam saya menjawab "pengacara". Meski kadang disusupi oleh cita-cita lain seperti menjadi pengusaha sepatu namun entah kenapa cita-cita menjadi pengacara itu begitu kuat. 
Seiring berjalannya waktu hal-hal berbau pengacara pun saya sukai. Sampai-sampai sinetron yang ada pengacaranya saya tonton, terlepas dari bagus atau tidaknya sinetron itu.
Saat SMA dimana ada pemilihan jurusan antara IPA atau IPS atau Bahasa maka saya mantap memilih IPS padahal saat itu saya bisa masuk IPA dan ortu serta gurupun menyarankan untuk masuk IPA karena kalau kuliah nanti bisa lebih enak mau masuk jurusan manapun tapi lagi-lagi dorongan cita-cita itu begitu kuat.
Dan akhirnya saat lulus SMA disinilah kesempatan saya bermula. Saat kesempatan untuk kuliah terbuka maka saat itu juga saya memilih jurusan ilmu hukum. Orangtua sempat berharap saya masuk bidang kesehatan, namun cita-cita menjadi pengacara begitu kuat menarik saya dan orangtua menyerahkan keputusan tetap kepada saya karena bagaimanapun juga saya yang akan menjalani.
Saya pun mendaftar SNMPTN dengan pilihan ilmu hukum Undip dan ilmu hukum Unsoed, berharap bisa diterima di Unsoed karena saya sama sekali belum pernah dan belum tau Semarang.
Qodarullah saat hari pengumuman hasil SNMPTN saya lihat nama saya tercantum sebagai salah satu peserta yang lolos SNMPTN namun saya diterima di ilmu hukum Undip dan itu artinya saya harus kuliah di Semarang. 
Singkat cerita saya kuliah di jurusan ilmu hukum fakultas hukum Undip. Dan sebelum lulus S1 saya sudah ditawari untuk menikah. Akhirnya saya menikah sebelum gelar SH saya peroleh. Sungguh ujian bagi saya untuk bisa lulus dan mendapat gelar SH. Dengan dorongan salah satunya dari suami juga alhamdulillah saya bisa menyelesaikan pendidikan saya di Fakultas Hukum Undip dan resmi menyandang gelar SH.
Lulus dari Fakultas Hukum Undip dan menyandang gelar SH adalah sebuah modal awal bagi terwujudnya cita-cita saya saat masih menjadi anak kecil.
Namun ternyata mewujudkan cita-cita itu tak semulus jalan tol apalagi peran saya yang berubah setelah menikah kemudian hamil dan melahirkan anak. Peran yang berubah mengakibatkan kewajiban pun berubah dan bertambah. Selain itu ujian-ujian pernikahan dan rumah tangga yang lain membuat saya merasa cita-cita menjadi pengacara semakin jauh dan jalannya sempit ditambah kondisi finansial yang rasanya tak memungkinkan. Tapi saya tak mau putus asa karena orang yang putus asa adalah temannya setan. Satu hal yang selalu menjadi pegangan saya adalah Allah SWT.
Pelan-pelan jalan itu terbuka, setelah anak ketiga lahir saya diterima menjadi staf legal kemudian dengan pertolongan Allah SWT melalui orang-orang baik saya pun bisa mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) dan kelak tanggal 14 Juli saya pun diberi kesempatan untuk mengikuti ujian profesi advokat. Saya tau dan sadar semua ini adalah karena Allah SWT. Betapa saya sangat mencintai Allah SWT namun mencintai Allah SWT pun begitu banyak ujiannya (kelak saya akan cerita di tulisan berikutnya).
Terima kasih Allah SWT dan seluruh orang-orang baik di sekeliling saya.
Mohon doa baik dan terbaik dari semua

Keputusan...

04 Juli 2018
Hari ini diriku memutuskan untuk membuat sebuah blog. Bukan keputusan yang mudah saat akhirnya blog ini terwujud karena saya berfikir bukan hanya untuk sesaat namun untuk kedepan. Semoga blog ini mampu mengingatkan diri untuk istiqomah dalam dunia tulis menulis (ketik mengetik) serta mampu memancing untuk memiliki laptop sendiri yang lebih canggih. aamiin...

Kodrat part 1

Kehamilan adalah kodrat perempuan yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Masing-masing perempuan memiliki kisah perjuangan tersendiri tent...