Kehamilan adalah kodrat perempuan yang tak bisa digantikan oleh siapapun.
Masing-masing perempuan memiliki kisah perjuangan tersendiri tentang kehamilannya. Bukan bermaksud lebay namun kehamilan hingga proses melahirkan adalah pertaruhan nyawa ibu dan bayi, itu sebuah kenyataan. Jadi bagi laki-laki atau siapapun hendaknya bisa menghargai setiap proses kehamilan dan melahirkan yang dijalani perempuan serta jangan nyinyir ya karena bagaimanapun kalian semua lahir dari rahim perempuan.
Beberapa kejadian selama proses kehamilan baik diawal, tengah, akhir atau keseluruhannya menjadi ujian tersendiri bagi perempuan.
Diawal kehamilan biasanya perempuan mengalami hal-hal seperti mual dan muntah (morning sickness) dan bisa berpengaruh pada nafsu makan ibu hamil.
Di tengah masa kehamilan hal yang biasanya dirasakan oleh beberapa ibu hamil berbeda lagi seperti ngidam dan bermasalah pada hilangnya nafsu makan hingga berpengaruh pada berat badan ibu dan bayi.
Dan hal yang biasa menghantui saya selalu ada di akhir masa kehamilan alias detik-detik menjelang persalinan (melahirkan). Tiga anak dan semua proses melahirkannya diwarnai dengan kisah heroik.
Anak pertama dimulai dengan keluarnya flek di usia kehamilan 9 bulan lebih (melewati HPL) akhirnya dibawa ke rumah sakit. Karena belum ada bukaan maka diinduksi (dipaksa dengan bantuan obat) agar terjadi kontraksi dan harapannya bukaan pun terjadi. Empat kali saya diberi obat dengan jeda waktu masing-masing 6 jam. Dan setelah obat itu diberikan rasa sakit mulai menjalar, rasa sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata (saking sakitnya) tapi hanya bisa dirasakan. Bukaan pun terjadi tapi berjalan begitu lambat, dan semakin lama rasa sakit itu bukan semakin mereda namun semakin sakit terasa. Karena anak pertama jadi biasanya bukaannya agak lama, begitu paramedis memberi keterangan. Darah sudah mulai keluar namun karena bukaan belum lengkap maka belum bisa dilakukan persalinan. Saya pun menangis, suami terus menguatkan. "Ini adalah ujian akidah bagi ummi" begitu katanya. Dan memang disitu yang bisa saya harapkan hanyalah pertolonganNya. Saya terus sebut Ia, berharap keajaiban terjadi dan persalinan bisa segera dilakukan. Karena rasa sakitnya hanya bisa hilang setelah proses melahirkan selesai. Alhamdulillah tengah malam bayi itu lahir setelah ibunya menahan rasa sakit akibat kontraksi paksaan selama 23 jam. Allahu akbar.
Anak kedua memiliki kisah yang berbeda. Cerita lengkapnya di tulisan selanjutnya ya.
Ananta Anugraha Dina Tsalatsa
Senin, 09 Juli 2018
Rabu, 04 Juli 2018
Cantik...
Cantik
itu relatif
Kenapa
relatif? Karena masing-masing orang punya gambaran berbeda tentang arti cantik,
sebagian besar mengartikan cantik dilihat secara fisik. Dan hanya perempuan
yang mendapat gelar cantik. Betul kan. Hehehe
Mendapatkan
penilaian cantik itu tak semudah mempertahankannya. Kenapa? karena
mempertahankan itu butuh usaha penjagaan seumur hidup. Bagi kebanyakan orang,
cantik itu salah satunya berkaitan dengan wajah, untuk mempertahankannya maka
perempuan butuh usaha untuk menjaga agar wajah tetap cantik. Mulai dari
membersihkan, menjaga kandungan nutrisi hingga melindungi dari hal-hal yang
membuatnya tak cantik. Dan hanya satu yang membuat usaha itu tetap berjalan
yaitu telaten.
Telaten
itu artinya sabar dan teliti bahkan butuh kecermatan juga. Tapi apa lantas yang
tak telaten itu kemudian tak cantik? Jawabannya semua dikembalikan kepada orang
yang menilai apa itu cantik. Meski sebagian besar orang menilai cantik dilihat
secara fisik namun ada juga beberapa yang menilai perempuan cantik itu dilihat
dari otaknya (kecerdasannya), perilakunya, kenyamanan bahkan menarik atau
tidaknya. Tapi yang pasti perempuan itu cantik karena tidak mungkin perempuan
itu tampan apalagi ganteng. Hehehe
Ada yang
lebih penting dari sekedar cantik yaitu percaya diri. Siapapun ia tak ada
alasan untuk tak percaya diri karena semua perempuan diberi kekurangan dan
kesempatan untuk selalu menambah nilai lebih pada diri.
Menggenggam Cinta...
Penggunaan kata ‘menggenggam’ menggambarkan bahwa diri lah
yang membutuhkan dan bahkan ketergantungan. Cinta Nya yang selama ini mengatur
kehidupan, menentukan setiap hal yang terbaik serta selalu menjaga. Semua itu
begitu terasa setiap hari, jam, menit bahkan detik.
Ia yang paling paham luar dan terdalam melebihi keluarga
sendiri. Apa yang dirasakan dan diinginkan Ia selalu tahu namun Ia tak membuat
manja. CaraNya selalu membuat semakin cinta bahkan sangat bergantung padaNya
tapi menggenggam cintaNya selalu ada ujian. Ujian itu ada saat rasa suka bahkan
cinta dan sayang itu tertuju selain padaNya, Ia biarkan rasa cinta dan sayang
itu namun dengan caraNya tetap membuat diri selalu mengingatNya. Dengan caraNya
tetap menjaga bahkan melindungi.
Ia maafkan untuk setiap salah dan khilaf. Ia beri kesempatan
untuk memperbaiki bahkan menukarnya dengan sesuatu yang lebih baik meski Ia
tahu apa yang tersembunyi.
Hanya permohonan maaf dan rasa terima kasih, semoga kelak diri
mampu menjadi lebih baik hingga Kau berkenan memberi rahmat bagi diri.
Selasa, 03 Juli 2018
Cita-cita
Saat kecil pasti sering banget orang bertanya "apa cita-citamu?"
Sama halnya dengan anak kecil lain, saya pun pernah ditanya seperti itu. Saat itu dengan mantap dan dari hati terdalam saya menjawab "pengacara". Meski kadang disusupi oleh cita-cita lain seperti menjadi pengusaha sepatu namun entah kenapa cita-cita menjadi pengacara itu begitu kuat.
Seiring berjalannya waktu hal-hal berbau pengacara pun saya sukai. Sampai-sampai sinetron yang ada pengacaranya saya tonton, terlepas dari bagus atau tidaknya sinetron itu.
Saat SMA dimana ada pemilihan jurusan antara IPA atau IPS atau Bahasa maka saya mantap memilih IPS padahal saat itu saya bisa masuk IPA dan ortu serta gurupun menyarankan untuk masuk IPA karena kalau kuliah nanti bisa lebih enak mau masuk jurusan manapun tapi lagi-lagi dorongan cita-cita itu begitu kuat.
Dan akhirnya saat lulus SMA disinilah kesempatan saya bermula. Saat kesempatan untuk kuliah terbuka maka saat itu juga saya memilih jurusan ilmu hukum. Orangtua sempat berharap saya masuk bidang kesehatan, namun cita-cita menjadi pengacara begitu kuat menarik saya dan orangtua menyerahkan keputusan tetap kepada saya karena bagaimanapun juga saya yang akan menjalani.
Saya pun mendaftar SNMPTN dengan pilihan ilmu hukum Undip dan ilmu hukum Unsoed, berharap bisa diterima di Unsoed karena saya sama sekali belum pernah dan belum tau Semarang.
Qodarullah saat hari pengumuman hasil SNMPTN saya lihat nama saya tercantum sebagai salah satu peserta yang lolos SNMPTN namun saya diterima di ilmu hukum Undip dan itu artinya saya harus kuliah di Semarang.
Singkat cerita saya kuliah di jurusan ilmu hukum fakultas hukum Undip. Dan sebelum lulus S1 saya sudah ditawari untuk menikah. Akhirnya saya menikah sebelum gelar SH saya peroleh. Sungguh ujian bagi saya untuk bisa lulus dan mendapat gelar SH. Dengan dorongan salah satunya dari suami juga alhamdulillah saya bisa menyelesaikan pendidikan saya di Fakultas Hukum Undip dan resmi menyandang gelar SH.
Lulus dari Fakultas Hukum Undip dan menyandang gelar SH adalah sebuah modal awal bagi terwujudnya cita-cita saya saat masih menjadi anak kecil.
Namun ternyata mewujudkan cita-cita itu tak semulus jalan tol apalagi peran saya yang berubah setelah menikah kemudian hamil dan melahirkan anak. Peran yang berubah mengakibatkan kewajiban pun berubah dan bertambah. Selain itu ujian-ujian pernikahan dan rumah tangga yang lain membuat saya merasa cita-cita menjadi pengacara semakin jauh dan jalannya sempit ditambah kondisi finansial yang rasanya tak memungkinkan. Tapi saya tak mau putus asa karena orang yang putus asa adalah temannya setan. Satu hal yang selalu menjadi pegangan saya adalah Allah SWT.
Pelan-pelan jalan itu terbuka, setelah anak ketiga lahir saya diterima menjadi staf legal kemudian dengan pertolongan Allah SWT melalui orang-orang baik saya pun bisa mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) dan kelak tanggal 14 Juli saya pun diberi kesempatan untuk mengikuti ujian profesi advokat. Saya tau dan sadar semua ini adalah karena Allah SWT. Betapa saya sangat mencintai Allah SWT namun mencintai Allah SWT pun begitu banyak ujiannya (kelak saya akan cerita di tulisan berikutnya).
Terima kasih Allah SWT dan seluruh orang-orang baik di sekeliling saya.
Keputusan...
04 Juli 2018
Hari ini diriku memutuskan untuk membuat sebuah blog. Bukan keputusan yang mudah saat akhirnya blog ini terwujud karena saya berfikir bukan hanya untuk sesaat namun untuk kedepan. Semoga blog ini mampu mengingatkan diri untuk istiqomah dalam dunia tulis menulis (ketik mengetik) serta mampu memancing untuk memiliki laptop sendiri yang lebih canggih. aamiin...
Hari ini diriku memutuskan untuk membuat sebuah blog. Bukan keputusan yang mudah saat akhirnya blog ini terwujud karena saya berfikir bukan hanya untuk sesaat namun untuk kedepan. Semoga blog ini mampu mengingatkan diri untuk istiqomah dalam dunia tulis menulis (ketik mengetik) serta mampu memancing untuk memiliki laptop sendiri yang lebih canggih. aamiin...
Langganan:
Postingan (Atom)
Kodrat part 1
Kehamilan adalah kodrat perempuan yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Masing-masing perempuan memiliki kisah perjuangan tersendiri tent...
-
04 Juli 2018 Hari ini diriku memutuskan untuk membuat sebuah blog. Bukan keputusan yang mudah saat akhirnya blog ini terwujud karena saya b...
-
Kehamilan adalah kodrat perempuan yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Masing-masing perempuan memiliki kisah perjuangan tersendiri tent...
-
Penggunaan kata ‘menggenggam’ menggambarkan bahwa diri lah yang membutuhkan dan bahkan ketergantungan. Cinta Nya yang selama ini menga...